Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

2.19.2009

BIJAK BERINVESTASI: KENALI DIRI SEBELUM BERINVESTASI

Ada sebagian orang, termasuk saya, bingung dan ragu pada saat ingin menginvestasikan “sedikit” dari uang kita. Berbagai pertanyaan seringkali muncul dan semakin membingungkan langkah kita dalam berinvestasi. Apakah kita akan menaruh uang kita pada deposito atau reksadana? Apakah investasi pada saham saat ini lebih menguntungkan daripada obligasi?.
Pada prinsipnya setiap orang berinvestasi karena ingin menggunakan uang itu di waktu yang akan datang. Bisa saja uang itu digunakan untuk biaya sekolah anak-anak pada saat akan masuk perguruan tunggi, atau bisa juga uang tersebut digunakan sebagai biaya pengsiun yang diperlukan pada saat seseorang memasuki usia tua. Berbagai manfaat investasi di atas, sudah tentu menuntut cara berinvestasi yang berbeda.
Dengan memahami manfaat dari uang yang diinvestasikan, kita mulai bisa mendefinisikan besarnya return (tingkat pengembalian) yang diinginkan dan resiko yang akan kita tanggung (untuk selanjutnya, yang dimaksud dengan resiko adalah besar kemungkinan melesetnya perkiraan tingkat pengembalian, misal tingkat pengembalian pada awal tahun diperkirakan 15%, ternyata pada akhir tahun hanya mencapai 5%). pemahaman mengenai tingkat pengembalian dan resiko merupakan hal yang penting dilakukan sebelum kita beranjak menentukan investasi apa yang cocok untuk kita.
Idealnya, seorang investor akan berkeinnginan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi dengan resiko yang kecil. Namun, hal tersebut bukanlah sesuatu yang bisa didapatkan dengan mudah. Biasanya, investasi yang mendatangkan tingkat pengembalian yang tinggi akan dibarengi dengan resiko yang tinggi pula. “No high, no gain”, begitulah istilah yang sering dilontarkan oleh para investor. Demikian pula sebaliknya, dengan resiko yang rendah hanya bisa diperoleh dengan mengorbankan tingkat pengembalian.
Lalu, bagaimana kita menyikapi konflik antara tingkat pengembalian dan resiko dalam berinvestasi tersebut? Haruskah kita mengambil resiko yang tinggi demi tingkat pengembalian yang tinggi pula?. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut akan tergantung pada identifikasi siapa diri kita dan apa tujuan kita berinvestasi. Dua hal tersebut akan sangat menentukan toleransi kita terhadap resiko.
Ada beberapa faktor penting yang dapat menentukan kemampuan kita dalam menghadapi resiko berivestasi, diantanya:

Faktor Psikologis
Faktor psikologis bisa mempengaruhi toleransi seseorang terhadap resiko. Ada karakter orang tertentu yang suka dengan tantangan dan dengan senang hati akan mengambil resiko untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Sebagai contoh, orang-orang yang biasa dengan fluktuasi pendapatan yang besar, seperti pengusaha, akan cenderung memiliki toleransi resiko yang lebih tinggi dibanding dengan orang-orang yang biasanya memiliki pendapatan tetap, seperti karyawan, profesional, pegawai negeri, dan lain-lain. Kita perlu memahami apakah secara psikologis kita mampu menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan resiko suatu investasi.

Horison Investasi
Horison investasi adalah waktu dari saat investasi sampai uang hasil investasi tersebut akan digunakan. Misalnya, seseorang yang berumur 20 tahun dan berinvestasi untuk kebutuhan pensiun di usia 55 tahun, berarti horison orang tersebut masih 35 tahun. Mengapa horison investasi sangat menentukan keputusan pengambilan resiko?
Seperti telah diketahui bahwa resiko yang tinggi berarti ada kemungkinan investasi kita akan menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah pada satu tahun, dan tingkat pengembalian yang tinggi pada tahun yang berbeda. Dalam jangka panjang, ketidakpastian ini akan saling menghilangkan. Tahun-tahun dengan tingkat pengembalian rendah akan dikompensasi oleh tahun-tahun dengan tingkat pengembalian yang tinggi, sehingga secara kumulatif rata-rata tingkat pengembalian akan relatif tinggi. Nah, apabila kita memiliki horison investasi yang panjang, maka kita akan mendapatkan rata-rata tingkat pengembalian yang lebih tinggi tersebut, bukan tingkat pengembalian yang rendah pada tahun/periode tertentu.

Keadaan Keluarga
Keadaan keluarga akan mempengaruhi kebutuhan keuangan kita. Seseorang dengan tanggungan keluarga yang banyak, mungkin tidak bisa terlalu spekulatif karena harus berpikir ulang dengan keadaan ekonomi keluarganya bila investasinya gagal. Karenanya, investasi yang dilakukanmungkin juga harus lebih berhati-hati.

Usia
Demikian pula, usia sseorang akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menanggung resiko berinvestasi. Bila usia kita masih muda, biasanya kita akan mampu mengambil resiko yang lebih tinggi. Mengapa demikian? Jika kita masih muda dan kebetulan investasi kita yang beresiko merugi besar, maka kita masih memiliki waktu yang panjang untuk mengganti kerugian tersebut. Sebaliknya bila kita sudah mendekati masa pensiun, kerugian yang besar akan sulit digantikan karena waktu yang semakin terbatas.

Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan kita juga akan mempengaruhi kemampuan kita dalam menanggung resiko investasi. Jika uang yang kita investasikan hanya merupakan bagian yang kecil dari kekayaan kita, maka pengambilan resiko yang besar bisa dipertanggungjawabkan. Demikian juga semakin besar kekayaan yang kita miliki, maka semakin besar pula kemampuan kita dalam menanggung resiko investasi, karena kerugian investasi kita tidak akan terlalu banyak mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan kelangsungan kehidupan kita di kemudian hari.

Oleh karenanya, pemahaman akan faktor-faktor tersebut diatas sangat penting dimiliki oleh seorang calon investor dan bahkan oleh orang-orang yang telah terjun ke dunia investasi.



0 comments:

Free Website Hosting

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP